Tim PPK Ormawa Kesmas Unhas Dorong Kemandirian Ekonomi Pesisir Lewat Inovasi Rumput

Tim Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Internal Forum Mahasiswa Kesehatan Masyarakat (FORMA Kesmas) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM Unhas) luncurkan program pemberdayaan masyarakat. Mengusung tema “Optimalisasi Budidaya Rumput Laut Menuju Seaweed Empowerment Village”, kegiatan bertempat di Desa Boddie, Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Rabu (08/10). Program berfokus pada peningkatan kapasitas masyarakat pesisir dalam mengelola hasil laut, khususnya rumput laut jenis Eucheuma cottonii. Ini menjadi komoditas utama masyarakat setempat. Kegiatan dihadiri perangkat desa, perwakilan Puskesmas Mandalle, mitra UMKM, dan civitas akademika Unhas. Program berlangsung hingga November 2025 dengan agenda rutin setiap akhir pekan. Tujuan utama program adalah memberdayakan masyarakat melalui pelatihan pengolahan rumput laut menjadi produk bernilai tambah seperti kerupuk dan mie. “Sekaligus memberikan edukasi kesehatan kerja bagi petani,” uja Ketua Tim PPK Ormawa FORMA Kesmas, Ratih Tri Pratiwi. Kegiatan mencakup identifikasi potensi desa, pelatihan pengolahan produk, penyuluhan penggunaan alat pelindung diri (APD). Kemudian ada juga praktik sanitasi pengolahan higienis, serta evaluasi hasil pelatihan melalui pendampingan pasca program. Dosen pendamping, Basir S KM M Sc, menjelaskan bahwa kegiatan menjadi sarana mahasiswa untuk menerapkan ilmu kesehatan masyarakat. Khususnya dalam pemberdayaan ekonomi berbasis maritim yang berkelanjutan. Selain pelatihan, tim juga melakukan penyuluhan mengenai pentingnya penggunaan sarung tangan, masker, dan sepatu bot saat memanen. Seta pengelolaan rumput laut untuk mencegah penyakit kulit akibat paparan bahan laut. Kegiatan ini disambut antusias oleh masyarakat, terutama para ibu rumah tangga dan kelompok nelayan muda yang ingin mengembangkan usaha olahan rumput laut. “Harapannya, Desa Boddie dapat menjadi Seaweed Empowerment Village yang mandiri, inovatif, dan berkelanjutan,” tutup Basir.
FKM Unhas Hadirkan Pakar Internasional Bahas Dampak Perubahan Iklim terhadap Kesehatan Masyarakat

MAKASSAR — Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM Unhas) kembali menggelar kuliah tamu internasional bertema “Environment, Climate Change and Health: Public Health Perspectives”, Rabu (8/10/2025). Kegiatan yang berlangsung secara luring di Ruang Prof. Nur Nasry Noor (K-225) dan daring melalui Zoom Meeting ini diikuti puluhan dosen serta mahasiswa. Kuliah tamu menghadirkan Dr. Mohammad Zahirul Islam, Assistant Professor dari North South University, Bangladesh, sebagai narasumber utama. Ia menyoroti keterkaitan erat antara perubahan iklim dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat, serta menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi ancaman tersebut. Acara dibuka secara resmi oleh Dekan FKM Unhas, Prof. Sukri Palutturi, SKM., M.Kes., MSc.PH., Ph.D. Dalam sambutannya, ia menyebut kegiatan seperti ini menjadi forum penting bagi sivitas akademika untuk memperkaya wawasan global dan memahami tantangan kesehatan masyarakat di era perubahan iklim. Diskusi berlangsung interaktif di bawah panduan Dr. Hasnawati Amqam, SKM., M.Sc. selaku moderator. Peserta yang hadir secara langsung maupun daring aktif berpartisipasi dalam sesi tanya jawab, berbagi pandangan, serta membahas strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dari perspektif kesehatan publik. Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim Dalam paparannya, Dr. Zahirul menjelaskan bahwa perubahan iklim memunculkan berbagai risiko kompleks bagi kesehatan, mulai dari badai, banjir, dan gelombang panas ekstrem hingga polusi udara, penyebaran penyakit, dan gangguan pasokan pangan. “Dampak ini paling dirasakan oleh kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan masyarakat berpenghasilan rendah,” ujarnya. Ia menambahkan, risiko kesehatan terbentuk dari kombinasi antara bahaya lingkungan (hazards), tingkat paparan (exposure), dan kerentanan (vulnerability). Faktor sosial-ekonomi serta tata kelola lingkungan menjadi penentu utama dalam memperkuat ketahanan masyarakat menghadapi perubahan iklim. Dampak Luas terhadap Kesehatan Manusia Menurut Dr. Zahirul, perubahan iklim memberikan dampak langsung maupun tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Suhu ekstrem dapat meningkatkan risiko gangguan jantung dan kematian akibat panas, sementara polusi udara memperparah penyakit pernapasan dan kardiovaskular. Selain itu, perubahan ekologi turut memperluas penyebaran penyakit berbasis vektor seperti malaria, demam berdarah, dan chikungunya. Dampak tidak langsung lainnya meliputi penurunan kualitas air dan ketersediaan pangan, yang berpotensi memicu malnutrisi dan penyakit diare. “Perubahan iklim bukan hanya isu lingkungan, tetapi juga tantangan kesehatan masyarakat yang serius dan memengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia,” tegasnya. Langkah Pencegahan dan Kolaborasi Global Menutup presentasinya, Dr. Zahirul menekankan pentingnya pencegahan risiko melalui tiga pendekatan utama: mengurangi paparan, mencegah dampak buruk, dan memperkuat sistem respons kesehatan. Ia menyoroti perlunya penerapan kebijakan lingkungan yang adaptif, sistem peringatan dini, pengendalian vektor, serta pelatihan tenaga medis dalam kesiapsiagaan bencana. “Perubahan iklim memengaruhi kita semua, tetapi dengan kolaborasi dan kesadaran bersama, kita bisa meminimalkan dampaknya,” ujarnya menutup sesi dengan penuh optimisme. Melalui kuliah tamu ini, FKM Unhas menegaskan komitmennya dalam memperkuat peran akademik dan riset terhadap isu lingkungan dan kesehatan global menuju masyarakat yang tangguh dan berkelanjutan. (*)
Mahasiswa Unhas Kembangkan Inovasi Pangan Lokal di Desa Boddie, Rumput Laut Diolah Jadi Mie dan Kerupuk

PANGKEP — Inovasi pangan lokal berbasis potensi laut mulai tumbuh di Desa Boddie, Kecamatan Mandalle, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep). Sekelompok mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) berhasil mengubah rumput laut, komoditas utama desa pesisir itu, menjadi mie dan kerupuk bernilai jual tinggi. Melalui program tersebut, mahasiswa tidak hanya menerapkan ilmu kesehatan masyarakat, tetapi juga berperan langsung dalam pemberdayaan ekonomi warga pesisir. “Kami ingin masyarakat Desa Boddie melihat rumput laut bukan sekadar bahan mentah, tapi sumber penghasilan yang bisa diolah jadi produk unggulan desa,” ujar Ketua Tim PPK Ormawa FORMA Kesmas FKM Unhas, di sela kegiatan pelatihan, Selasa (7/10). Dari Laut ke Meja MakanDalam kegiatan pelatihan yang melibatkan kelompok ibu-ibu pesisir, peserta diajarkan mulai dari cara mengolah bahan baku, teknik membuat mie dan kerupuk rumput laut, hingga strategi sederhana untuk memasarkan produk ke pasar lokal dan digital. Pendekatan ini tidak hanya memberi keterampilan baru, tetapi juga membuka peluang usaha rumah tangga berbasis hasil laut yang melimpah di wilayah Mandalle. Program ini juga menjadi contoh penerapan nyata Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) berbasis pemberdayaan masyarakat, sejalan dengan kebijakan MBKM Saintek Berdampak yang menekankan peran sains dan teknologi dalam menyelesaikan persoalan nyata di desa. Apresiasi KampusDekan FKM Unhas, Prof. Sukri Palutturi, SKM., M.Kes., M.Sc.PH., Ph.D., menyampaikan apresiasi terhadap capaian mahasiswa tersebut. Ia menilai, program seperti ini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak hanya berperan di ruang akademik, tetapi juga membawa ilmu untuk menjawab kebutuhan masyarakat. “Inovasi ini memperlihatkan bahwa mahasiswa bisa menjadi agen perubahan di tingkat akar rumput. Mereka hadir, belajar, dan berkontribusi langsung untuk masyarakat,” ujarnya. Sementara itu, Dr. Wahiduddin, SKM., M.Kes., Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi bentuk sinergi ideal antara mahasiswa, dosen, dan masyarakat pesisir. “Inilah wajah pendidikan yang berdampak — mahasiswa belajar sambil mengubah lingkungan sekitarnya menjadi lebih mandiri,” kata Wahiduddin. Program PPK Ormawa FORMA Kesmas FKM Unhas turut mendukung program nasional kemandirian pangan yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto, terutama dalam mendorong inovasi berbasis sumber daya lokal. Melalui pelatihan ini, mahasiswa berharap produk olahan rumput laut dari Desa Boddie bisa berkembang menjadi usaha mikro unggulan, sekaligus menginspirasi desa lain di pesisir Sulawesi Selatan. (*)