Arbi Ahmadi, seorang mahasiswa berprestasi sekaligus Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (Himapid FKM Unhas), baru saja mencapai pencapaian luar biasa. Ia berhasil terpilih sebagai salah satu dari 20 peserta terbaik yang diundang untuk mengikuti Pelatihan Caraka TB Institute (CTI), sebuah program pelatihan bergengsi yang diinisiasi oleh STOP TB Partnership Indonesia. Program ini akan berlangsung dari tanggal 16 hingga 20 September 2024, bertempat di Leuweung Gledegan Ecoledge yang terletak di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sebuah lokasi yang dikenal dengan suasana alamnya yang menenangkan dan kondusif untuk pelatihan intensif.
Pelatihan CTI ini dirancang dengan tujuan utama untuk meningkatkan pemahaman para peserta tentang tuberkulosis (TB), sebuah penyakit menular yang masih menjadi masalah besar di bidang kesehatan masyarakat, terutama di Indonesia. Selain itu, pelatihan ini juga bertujuan untuk mengasah keterampilan para peserta dalam melakukan penanganan dan pencegahan penyebaran penyakit TB. Mengingat tuberkulosis masih menjadi salah satu penyakit yang menelan banyak korban di Indonesia, pelatihan ini sangat relevan dan penting bagi upaya kesehatan masyarakat, khususnya dalam meningkatkan kesadaran serta keterampilan praktis dalam menangani penyakit ini.
Arbi sendiri harus melalui proses seleksi yang sangat kompetitif sebelum akhirnya terpilih untuk berpartisipasi dalam pelatihan ini. Seleksi yang diadakan oleh STOP TB Partnership Indonesia memastikan bahwa hanya mereka yang memiliki potensi besar dan komitmen kuat dalam isu kesehatan masyarakat yang terpilih. Setelah dinyatakan lolos, Arbi bersama 19 peserta lainnya mendapatkan kesempatan emas untuk mendalami berbagai aspek terkait kampanye dan advokasi tuberkulosis. Pengetahuan dan keterampilan ini diharapkan akan sangat berguna ketika mereka kembali ke daerah masing-masing untuk memimpin upaya pemberantasan TB di komunitas lokal mereka.
Arbi sendiri mengungkapkan rasa syukur dan kegembiraannya bisa ikut serta dalam program pelatihan ini. “Saya merasa sangat beruntung terpilih sebagai salah satu peserta CTI. Ini adalah kesempatan yang luar biasa tidak hanya untuk memperdalam pengetahuan saya mengenai TB, tetapi juga untuk bertemu dengan pemuda-pemuda berbakat lainnya dari seluruh Indonesia. Kami saling bertukar pengalaman dan sudut pandang, sehingga menambah wawasan kami dalam upaya bersama melawan TB,” ujarnya. Menurutnya, pertemuan dengan para pemuda dari berbagai latar belakang dan daerah juga memberikan banyak inspirasi dalam mengembangkan solusi yang lebih kreatif dan efektif dalam mengatasi permasalahan kesehatan di komunitas masing-masing.
Selama lima hari, para peserta akan disibukkan dengan berbagai kegiatan yang penuh tantangan dan pembelajaran. Kegiatan pelatihan tidak hanya berbasis kelas, tetapi juga melibatkan praktik langsung yang dirancang untuk memperkuat keterampilan negosiasi dan advokasi yang diperlukan dalam menangani isu kesehatan seperti tuberkulosis. Konsep pelatihan yang inovatif ini disebut dengan “Camperience” (Camp + Experience), sebuah pendekatan yang menggabungkan suasana berkemah dengan pengalaman belajar. Dalam format ini, para peserta tidak hanya duduk mendengarkan ceramah, tetapi juga berinteraksi secara aktif melalui permainan peran dan skenario dunia fiksi. Mereka diundang untuk ‘menyelamatkan’ negara fiktif bernama Oharanesia yang sedang diserang oleh wabah tuberkulosis. Pendekatan yang unik ini membuat pembelajaran lebih interaktif dan menyenangkan, sekaligus menantang peserta untuk berpikir kritis dan strategis dalam merumuskan solusi yang tepat.
Pada akhir pelatihan, Arbi dan rekan-rekannya diharapkan mampu membawa pulang pengetahuan baru yang bisa diaplikasikan langsung di daerah masing-masing. Mereka akan didorong untuk mengadakan kampanye dan advokasi terkait tuberkulosis, baik di tingkat organisasi mahasiswa, komunitas lokal, maupun secara individu. Melalui inisiatif ini, mereka berperan aktif dalam menyebarluaskan kesadaran tentang bahaya TB sekaligus mendorong pencegahan dini terhadap penyakit ini. Salah satu langkah konkret yang akan dilakukan oleh Arbi adalah dengan merencanakan kolaborasi antara Himpunan Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM Unhas dan Caraka TB Institute dalam mengadakan program-program kampanye dan advokasi yang lebih luas di Makassar dan sekitarnya. Program ini dijadwalkan akan dilaksanakan pada bulan Oktober hingga November mendatang.
“Ke depan, kami berencana untuk meluncurkan beberapa program menarik hasil kolaborasi antara Himpunan Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM Unhas dan Caraka TB Institute. Kami berharap program ini akan berdampak positif dalam meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap isu kesehatan, khususnya tuberkulosis,” tambah Arbi. Ia juga menyebutkan bahwa program-program ini akan melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk mahasiswa, tenaga kesehatan, dan tokoh masyarakat, untuk bersama-sama berperan dalam upaya pengendalian TB.
Melalui pengalaman ini, Arbi Ahmadi menunjukkan bahwa peran mahasiswa tidak hanya terbatas pada kegiatan akademik di kampus, tetapi juga bisa menjadi motor penggerak perubahan dalam masyarakat. Dengan semangat kepemimpinan dan pengetahuan yang diperolehnya dari pelatihan ini, ia berkomitmen untuk terus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pencegahan dan pengobatan tuberkulosis, sehingga di masa depan, Indonesia bisa terbebas dari ancaman penyakit mematikan ini.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan program yang akan datang, silakan ikuti media sosial @himapidunhas atau @stoptbindonesia.